Ergonomi dan Penyakit Akibat Kerja

Arisal Rahman. M.Kes / 1 March 2011

Seorang tenaga kerja wanita di pabrik rokok, usia 28 tahun dan telah bekerja di pabrik ini sejak tiga tahun lalu di bagian “melinting” rokok. Produksi yang dihasilkan per hari semula sekitar 1.200 batang rokok. Kini dia mengaku produksi yang dihasilkan sangat merosot, setelah meja kerjanya diganti dengan yang baru, tetapi beda ukuran.
“Sejak saya harus ganti meja yang lebih tinggi dari biasanya, atas perintah mandor, kini saya sering cepat lebih dan punggung bagian bawah kadang-kadang terasa nyeri………,” keluhanya.
Kasus di atas banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama sewaktu bekerja. Sering kali timbul keluhan atau bahkan penyakit, akibat sikap badan yang tidak sesuai dengan alat maupun lingkungan kerja. Hal ini berkaita dengan disiplin ilmu yang dikenal dengan istilah ergonomi.
Ergonomi
Istilah ergonomi (ergonomics) berasal dari kata ergo (Yunani), yang berarti kerja. Dalam hal ini pengertian yang dipakai cukup luas, termasuk faktor lingkungan kerja dan metode kerja, sedangkan Internasional Labour Organization (ILO) mendefenisikan ergonomik sebagai berikut: Penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efsiensi dan kesejahteraan.
Ergonomik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia dalam kaitan dengan pekerjaan. Atau, satu upayah dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia, sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman, efesien dan produksi, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal (Kroemer and Grandjean, 1997.

READ:  Zat Berbahaya dalam Gudang (Warehouse)